Jumat, 20 Januari 2012

Bonek Bantah Dukung Balistik

Nyanyian rasis yang diperdengarkan Balistik, Sabtu (20/11) malam kemarin tampaknya tak hanya membuat suasana suporter Kaltim memanas, namun sikap memalukan Balistik ini membuat hubungan suporter Kaltim dan Jawa terkena imbasnya.Seperti diketahui, saat Balistik menyanyikan lagu hinaan kepada Persisam dan Pusamania ketika laga Persiba vs Persiwa di Stadion Persiba Balikpapan tersebut, beberapa atribut Bonek (Suporter Persebaya) muncul dijejeran suporter yang tak kurang memiliki 500 anggota itu. Selain menyanyikan lagu memalukan itu, sebenarnya Balistik juga ingin memasang spanduk anti Pusam di tribun timur wadah PFC memberikan dukungan kepada Persiba, namun sikap ksatria lebih ditunjukkan PFC beserta masyarakat Balikpapan di tribun timur yang menolak dipajangnya spanduk tersebut.
Saat dikonfirmasi langsung ketua Pusamania, Tommy Ermanto Pasemah, perihal adanya suporter berpakaian hijau-hijau khas pendukung Persebaya di Balistik, penegasan langsung diungkapkan petinggi Bonek pusat yang berada di Surabaya.
“Saya sudah berkomunikasi langsung dengan petinggi Bonek dan secara resmi mereka (Bonek, red) tidak mendukung tindakan Balistik, apalagi sampai mengintruksikan Bonek bergabung dengan Balistik. Kalaupun mereka (Balistik, red) nanti mengklaim mendapatkan dukungan Bonek, itu hanya akal-akalan mereka untuk mencari simpati,” jelas Tommy Ermanto.
“Dalam kasus ini Bonek bersikap netral, tapi mereka tidak membenarkan bahwa anggotanya yang ikut bernyanyian rasis bersama suporter itu (Balistik, red) kemarin,” tambah Tommy.
Sikap Balistik bernyanyi rasis yang seakan mencari dukungan dari suporter luar dengan memperlihatkan Bonek di tempat mereka mendukung Persiba memang patut diwaspadai. Kondisi ini jelas untuk memecah belah hubungan baik antar suporter.
Apalagi selama ini, suporter di bumi Kalimantan yang bernaung secara resmi di AS Kaltim sepakat untuk tidak menyanyikan nada berbau rasisme kepada sesama suporter, terutama suporter Kaltim.
Dalam rapat koordinasi belum lama ini antara anggota AS Kaltim di Samarinda, baik Mitra Mania (Mitra Kukar), Bontang Mania (Bontang FC) dan PFC (Suporter resmi Persiba) maupun Pusamania mengharamkan nyanyian rasis.
“Suporter Kaltim sepakat untuk tidak bersikap kampungan dan itu dilakukan dengan saling menghargai. Namun untuk suporter yang tidak resmi apalagi sampai bertingkah untuk memecah belah hubungan sesama suporter. Jelas itu menjadi musuh bersama karena tujuan mereka hanya untuk membuat suasana suporter Kaltim tidak kondusif,” tandas Tommy.
Sementara itu, dari penelusuran yang dilakukan Pusamania dibantu dengan PFC (suporter resmi Persiba) terdapat foto anggota Balistik yang sedang mengunakan atribut Bonek.
Meski belum diketahui maksud dari motif ini, namun fakta ini membenarkan komentar petinggi Bonek yang mengatakan bukan Bonek yang berada di tribun Balistik, melainkan orang-orang Balistik yang berbaju Bonek yang memanfaatkan situasi agar hubungan Pusamania dan Bonek memanas. (eno/pc)
PostCategoryIcon Posted in PusamaniaSepakbola Nasional | PostTagIcon Tags: 
»»  Baca Selengkapnya...

Waspadai Suporter Tidak Resmi


Niat Balistik (Suporter tidak resmi Persiba) yang ingin memecah belah suporter Kaltim tampaknya mendapat tentangan dari suporter resmi Persiba, PFC (Persiba Fans Club). Layaknya kejadian Sabtu lalu saat Balistik bernyanyi rasis dan ingin membentangkan spanduk bertuliskan Anti Pusam, perlawanan lebih real dilakukan PFC & publik bola Balikpapan Selasa (22/11) sore kemarin dengan membentangkan spanduk bertuliskan “The Real Suporter Kaltim (AS Kaltim) Cinta Damai, No Rasisme & No Anarkis”.


Damai suporter Kaltim, PFC, Pusamania, Botman dan Mitman
Menurut informasi yang berhasil dihimpun langsung di Stadion Persiba Balikpapan, sikap ini dilakukan agar gejolak yang ditimbulkan oknum yang tak bertanggung jawab bisa diredam. “PFC sebagai suporter resmi Persiba jelas tak mau dirugikan dengan percikkan yang mereka timbulkan, kami serta masyarakat Balikpapan bersahabatan dengan siapapun. Jika ada pihak yang sengaja ingin memanfaatkan situasi sudah pasti itu bukan kami,” ungkap seorang petinggi PFC.
Aksi PFC Selasa sore kemarin layak diapresiasi, apalagi dalam beberapa kesempatan hanya PFC yang terlihat intensif melakukan komunikasi dengan suporter Kaltim untuk menjaga kedamaian.
“Warga Balikpapan secara terus terang akan menentang sikap memalukan kelompok tertentu, PFC sebagai suporter resmi akan lebih berperan aktif untuk tetap menjaga nama harum Persiba,” tambahnya lagi.
Sementara itu, sikap lebih bijak diperlihatkan suporter Persisam, Pusamania menyikapi permasalahan yang terjadi. Meski pada 31 Oktober lalu Pusamania harus dievakuasi setelah “Berperang” terbuka dengan suporter oknum yang mengatasnamakan Persiba, namun Pusamania tetap mempunyai rasa solidaritas tinggi terhadap ikatan suporter Kaltim.
“Hal yang paling sulit adalah menerima kenyataan dengan lapang dada, apalagi dalam kondisi kita benar, tapi suporter yang bijak adalah suporter yang cerdas dalam menyikapi kejadian. Masalah di Balikpapan mulai terkuak siapa suporter perusuh siapa suporter sahabat, jadikan kita Pusamania sebagai suporter keras tapi cerdas, sekarang kita mulai tahu siapa itu PFC siapa itu Balistik dan siapa itu kawan, siapa itu lawan dan siapa suporter sejati,” ungkap Sekjen Pusamania, Fauzan.
Disisi lain, meneruskan sikap pemberani PFC yang menentang sikap memalukan Balistik di Balikpapan. Pusamania pun langsung mempertimbangkan untuk memberikan pengamanan ekstra kala PFC berkunjung ke Bontang 2011 nanti.
Maklum, tur suporter resmi Persiba ke Bontang pasti akan melewati Samarinda yang notabenya adalah “Sarang” Pusamania. Untuk itu, sudah selayaknya Pusamania memberikan jaminan kepada PFC yang tidak memiliki terikatan konflik dengan Pusamania.
“Bisa saja nanti kita jemput mereka (PFC, red) saat memasuki kota Samarinda dari SMA Plus untuk mengantar mereka ke kawasan perbatasan Samarinda – Bontang, demikian pula saat mereka pulang kembali ke Balikpapan. Tapi dengan catatan ini berlaku hanya untuk suporter resmi di AS Kaltim dan untuk Persiba hanya ada nama PFC. Untuk suporter yang sudah menabuh perang kepada Pusamania, jangankan pengamanan untuk hadir di kota Bontang dan Tenggarong ketika mereka hadir di kota lain yang melewati daerah teritorial Pusamania kami jamin sulit, karena kami pasti kejar. Suporter yang ingin memecah perdamaian di Kaltim seperti dilakukan Balistik tetap harus diwaspadai,” pungkasnya. **
»»  Baca Selengkapnya...

Pusamania Siap Bantu Persiba Fans Club


Niat besar yang diperlihatkan Persiba Fans Club dalam membangun perdamaian dengan suporter Persisam Putra disambut hangat Pusamania.


Salah satu anggota Persiba Fans Club, menerima bantuan PC dari Pusamania.
Hal itu diungkapkan ketua Pusamania, Tommy Ermanto Pasemah kepada Pusam CyberMinggu (23/10) siang tadi di Stadion Segiri Samarinda. Dalam pernyataannya, Tommy mewakili Pusamania sangat respek atas sikap yang diperlihatkan PFC dalam menjaga kerukunan suporter di Kaltim.
“Dari awal memang kita sadari, Persiba Fans Club bukanlah lawan tapi kawan. Mereka hanya korban dari aksi rasis yang diperlihatkan oknum suporter Persiba yang tidak resmi. Untuk itu kami di AS (Asosiasi Suporter) Kaltim khususnya Pusamania siap membantu pergerakan PFC memusnahkan Balistik yang kami nilai sebagai kelompok perusak hubungan harmonis suporter di Kaltim,” urai pria yang juga General Manager Persisam Putra tersebut.
Dalam kunjungan silahturahmi PFC ke Samarinda, Minggu (23/10) siang tadi. Pusamania juga memberikan bantuan seperangkat personal computer (PC) kepada suporter resmi milik Persiba Balikpapan tersebut untuk menunjang pergerakan mereka di Balikpapan. “Kita sumbang 1 PC untuk sekretariat PFC, semoga bisa membantu,” kata Tommy.
“Meski sudah cukup lama menjadi bagian resmi Persiba, tapi saya dengar saat ini mereka memulainya lagi dari awal dalam membangun kekuatan. Sebagai wujud kepedulian kami, jelas Pusamania tidak akan lepas tangan dan kami siap membantu PFC dalam berkembang,” tambah pria yang juga GM Persisam itu.
Disisi lain, Bachriansyah ketua Persiba Fans Club juga mengaku senang mendapat perhatian yang tinggi dari Pusamania. Kedepan ia berharap PFC bisa menjadi tembok kokoh dalam memberikan dukungan kepada Persiba Balikpapan. “Dengan dukungan manajemen Persiba Balikpapan ditambah support besar dari rekan-rekan suporter seperti Pusamania dan AS Kaltim ini akan jadi pelecut semangat kami,” kata Bachri bersemangat. **
»»  Baca Selengkapnya...

Damai? Persibamania Oke, Balistik No


Pusamania tegas dalam menyikapi keinginan berdamai Persiba Fans Club (PFC). Dalam pernyataan sikapnya Sabtu sore tadi di Sekretariat PFC, Pusamania tak mempermasalahkan jika suporter Persiba ingin berdamai.



Permintaan damai Persibamania disambut dengan tangan terbuka Pusamania.
Namun dengan catatan, harus bersama-sama melawan pihak yang ingin merusak perdamaian di bumi Kaltim,
Hal itu ditegaskan Abdul Somad Fauzan, Sekjen Pusamania. Menurutnya Pusamania pasti akan membuka diri dengan pihak yang ingin berdamai. Apalagi selama ini Pusamania dan Persiba Fans Club tak sama sekali tersentuh konflik serius.
“Persiba Fans Club hanya korban, yang dalang perselisihan Pusamania dengan Persibamania adalah Balistik, suporter tidak resmi Persiba,” jelasnya.
Untuk itu, ia pun tegas menolak apapun cara yang akan ditempuh Balikpapan Suporter Fanatik jika ingin melakukan langkah sama dengan yang dilakukan PFC. “Kami sudah blacklist mereka. Intinya kalau suporter Persiba yang lain mau damai oke, tapi Balistik tidak akan pernah,” katanya keras.
Balistik memang menjadi kelompok pendukung Persiba yang disorot Pusamania. Selain selalu berbuat onar, sikap penghasut mereka membuat beberapa suporter di Kaltim berang. Terakhir, Balistik kabarnya bernyanyi rasis dengan memanfaatkan atribut Aremania saat pertandingan persahabatan PON Kaltim v Persikutim di Kutai Timur, Rabu (12/10) lalu.
“Balistik itu suporter kecil, tapi berusaha membesar dengan mengajak suporter lain memusuhi Pusamania. Tidak berani front berhadapan sama kami. Selalu dibelakang kelompok suporter lain. Beruntung suporter lain seperti Aremania, Bontang Mania dan Mitra Mania cerdas menyikapi hal ini,” pungkas Fauzan. **
»»  Baca Selengkapnya...

Kisruh Suporter Di Kaltim, Balistik Jadi Biang Kerok


Laga ujicoba tim sepakbola PON Kaltim versus Persatuan Sepakbola Kutai Timur (Persikutim) Rabu lalu di Stadion Utama Sangata, diciderai dengan aksi hinaan suporter dalam pertandingan yang berakhir 2-1 untuk Persikutim itu.


Tak terpuji, penghinaan Balistik dianggap kelompok suporter di Kaltim sebagai biang kerok kekisruhan.
Aksi hinaan melalui nyanyian dan yel-yel itu mengarah kepada tim suporter Persisam Putra, yakni Pusamania.
Sekretaris Umum Pusamania, Abdul Somad Fauzan, sangat menyesalkan tindakan hinaan itu sebagai bentuk tidak sportif, menciderai semangat olahraga dan memperkeruh hubungan antar suporter di Kaltim. Padahal tim yang bertanding salah satunya adalah tim PON Kaltim. “Harusnya kita semua mendukung, bukan memprovokasi,” sesal Fauzan.
Ia menduga ada provokator yang sengaja menyusup dalam barisan suporter dan berniat mengadu domba. Salah satunya juga memanfaatkan pergesekan yang pernah terjadi antara Pusamania dengan Balistik, tim suporter Persiba.
Seperti dikutip dari Koran Kaltim, Ketua Bontang Mania, Hamzani, membantah keras jika barisan suporternya ikut turut serta dalam tindakan tak terpuji itu. Meski ia menerima informasi bahwa atribut Bontang Mania selaku suporter Bontang FC, juga tampak pada kumpulan suporter yang menghina.
Bontang Mania, katanya, sangat menentang tindakan menghina dalam olahraga tertama di Kaltim. “Saya juga sudah cek, tidak ada yang berangkat ke Kutim saat itu. Atribut Bontang Mania yang ada di kerumunan suporter diyakini bukan anak Bontang melainkan hanya menggunakan atribut Bontang Mania,” ungkap Hamzani akrab disapa Anca.
Ketua Paguyuban Arema Samarinda, Sutrisno Wardoyo, menegaskan aksi suporter iyang mengatasnamakan Arema Borneo merupakan organisasi ilegal. Secara organisasi, Arema Borneo belum pernah terbentuk di Kaltim.
“Itu aksi suporter illegal. Kami sangat dirugikan dengan aksi hinaan yang mengatasnamakan Arema Borneo. Keberadaan organisasi ini tidak jelas dan belum pernah dibentuk. Jika memang ada pihak yang mengaku sebagai pengurus Arema Borneo maka saya siap berhadapan dengannya,” tantang Sutrisno.
Ia juga mengaku sangat menyesalkan dengan adanya aksi hinaan yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab dan menjadi provokator. Karena aksi itu bisa berdampak pada rusaknya hubungan silaturahmi dan persaudaraan yang sudah dibangun Paguyuban Arema di Samarinda dengan Pusamania.
Dari informasi yang didapat, pelaku yang dimaksud pihak Arema di Sengata adalah suporter Persiba Balikpapan, Balistik yang ada di kota tersebut. “Kami sudah menelusuri pelakunya dan mereka sudah meminta maaf. Kami sudah peringatkan agar tidak mengulang aksi hinaan itu. Semua sudah kami selesaikan agar tidak merusak hubungan baik yang ada dengan Pusamania dan suporter lain di Kaltim. Saya juga meminta mereka tidak menggunakan atribut Arema sebagai alat untuk melakukan aksi hinaan,” pungkasnya. **
Sumber : Koran Kaltim dan Berbagai Sumber Lainnya
»»  Baca Selengkapnya...

Suporter Nyanyi Rasis, Persiba Minta Maaf


Aksi tak terpuji kembali diperlihatkan kelompok suporter Persiba Balikpapan. Dalam laga Persiba kontra Persela Lamongan yang berakhir imbang kemarin sore, kelompok suporter dengan warna kebesaran biru tersebut menyuarakan yel-yel menghina kelompok suporter Persisam Putra yang tergabung dalam Pusamania.


Ketua Pusamania, Tommy Ermanto Pasemahi malam tadi sangat menyesalkan tindakan suporter Persiba tersebut. Tommy mengaku kaget ketika menyaksikan siaran langsung di televisi, mendengar suara yang menghina Pusamania.Padahal para pentolan suporter sebelumnya sudah menyatakan damai di Bumi Etam pada semua kelompok suporter di Kaltim.

“Saya langsung hubungi Pak Syahril (Syahril Taher, Ketua Umum Persiba, Red) atas tindakan suporter Persiba tersebut,” terang Tommy.
Dijelaskannya, pada laga penyisihan Inter Island Cup di Samarinda, 4 kelompok suporter di Kaltim sudah sepakat damai dan tak akan bermusuhan.
“Namun apa yang terjadi pada suporter Persiba sangat kami sesalkan. Kami tahu aksi tersebut bukan disuarakan Persiba Fans Club (PFC), sebagai suporter resmi Persiba. Tetapi itu dari Balistik, suporter yang dari dulu memang menjadi biang keributan,” terang Tommy.
Sementara itu Syahril, saat dikonfirmasi secara terpisah mengaku sangat kecewa dengan sikap suporter tersebut. Bahkan usai pertandingan, Syahril langsung memanggil jajaran panpel untuk menjelaskan masalah tersebut.
“Terus terang, saya sangat menyesalkan kejadian tersebut. Saya yang bukan warga Samarinda saja sangat tersinggung. Di Samarinda banyak saudara dan teman saya. Gubernur, Said Amin dan H Harbiansyah adalah teman-teman saya. Makanya saya langsung panggil panpel untuk menjelaskan masalah tersebut,” terang Syahril yang juga Ketua Badan Liga Indonesia tersebut.
Syahril menyebut kalau yel-yel yang terdengar bukan dari PFC, tetapi suporter Balistik yang sebelumnya sudah dilarang hadir di stadion.
“Makanya saya bilang pada panpel, kalau kejadian seperti itu terulang lagi, saya pastikan tak ada suporter selain PFC yang mendukung Persiba. Saya minta maaf atas kejadian itu pada suporter Persisam Putra dan warga Samarinda. Saya juga pastikan kasus seperti itu tak akan terulang lagi,” pungkasnya.
Terpisah, Persiba Fans Club sebagai suporter resmi Persiba Balikpapan juga mengaku kecewa dengan tindakan oknum suporter yang merusak citra baik Persibamania. Terlebih, nyanyian rasis yang dilakukan suporter tidak resmi Persiba sudah melukai janji perdamaian suporter di Kaltim.
“Tindakan itu sangat memalukan, tidak melambangkan tipikal orang Balikpapan, padahal mereka hanya segelintir tapi efeknya jelas merugikan kami yang cinta perdamaian,” ungkap Mail, mewakili suara Persibamania.
BALISTIK DILARANG MASUK
Panitia Pelaksana (Panpel) Persiba Balikpapan meminta maaf kepada suporter dan manajemen Persisam Samarinda. Permintaan maaf itu disampaikan karena tindakan suporter Persiba yang meneriakkan kata-kata tidak pantas saat laga Persiba menjamu Persela Lamongan di Stadion Persiba Balikpapan, Rabu (14/12/2011).
“Kami atas nama panitia pelaksana meminta maaf kepada seluruh manajemen maupun suporter Persisam, atas ulah suporter yang meneriakkan yel-yel tidak pantas untuk Persisam. Kami mengecam perbuatan tersebut,” ujar Wakil Ketua II, Syarief Syamsul usai rapat mendadak di Sekretariat Persiba.
Menurut Syarief, seluruh suporter yang ada di Kalimantan Timur seharusnya menyatu, kompak, dan bekerjasama memberikan yang terbaik, mulai dari kreativitas suporter dan lainnya. “Aksi yel-yel kepada Persisam merupakan hal yang patut disesalkan,” ujarnya.
Akibat kejadian itu, suporter Persiba (Balistik) terancam akan tidak mendapatkan tiket khusus pada pertandingan melawan Persegres Gersik pada 6 Januari 2012 mendatang.
“Kita kan sama-sama suporter dari Kaltim, dan kita semua bersaudara, harus saling merangkul. Harusnya bersatu, bukan saling mengejek. Ini jelas tidak dibenarkan. Untuk pertandingan selanjutnya kami tidak akan memberikan tiket khusus bagi mereka,” tegasnya. **
»»  Baca Selengkapnya...

Info Sejarah Tentang Pesut Mahakam



Sekilas Tentang Pesut Mahakam
Sumber: Disini

Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka yang dilindungi Undang-Undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.
Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut Mahakam dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan Kota Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, danau Jempang (15.000 Ha), danau Semayang (13.000 Ha) dan danau Melintang (11.000Ha).
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah – tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan ‘pakar’ dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.
Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. **
Pesut Mahakam, satwa langka yang dilindungi Pemerintah.
Cerita Rakyat Kutai : Legenda Pesut Mahakam
Sumber: Disini

Pada jaman dahulu kala di rantau Mahakam, terdapat sebuah dusun yang didiami oleh beberapa keluarga. Mata pencaharian mereka kebanyakan adalah sebagai petani maupun nelayan. Setiap tahun setelah musim panen, penduduk dusun tersebut biasanya mengadakan pesta adat yang diisi dengan beraneka macam pertunjukan ketangkasan dan kesenian.
Ditengah masyarakat yang tinggal di dusun tersebut, terdapat suatu keluarga yang hidup rukun dan damai dalam sebuah pondok yang sederhana. Mereka terdiri dari sepasang suami-istri dan dua orang putra dan putri. Kebutuhan hidup mereka tidak terlalu sukar untuk dipenuhi karena mereka memiliki kebun yang ditanami berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Begitu pula segala macam kesulitan dapat diatasi dengan cara yang bijaksana, sehingga mereka hidup dengan bahagia selama bertahun-tahun.
Pada suatu ketika, sang ibu terserang oleh suatu penyakit. Walau telah diobati oleh beberapa orang tabib, namun sakit sang ibu tak kunjung sembuh pula hingga akhirnya ia meninggal dunia. Sepeninggal sang ibu, kehidupan keluarga ini mulai tak terurus lagi. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sang ayah menjadi pendiam dan pemurung, sementara kedua anaknya selalu diliputi rasa bingung, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Keadaan rumah dan kebun mereka kini sudah tak terawat lagi. Beberapa sesepuh desa telah mencoba menasehati sang ayah agar tidak larut dalam kesedihan, namun nasehat-nasehat mereka tak dapat memberikan perubahan padanya. Keadaan ini berlangsung cukup lama.
Suatu hari di dusun tersebut kembali diadakan pesta adat panen. Berbagai pertunjukan dan hiburan kembali digelar. Dalam suatu pertunjukan ketangkasan, terdapatlah seorang gadis yang cantik dan mempesona sehingga selalu mendapat sambutan pemuda-pemuda dusun tersebut bila ia beraksi. Mendengar berita yang demikian itu, tergugah juga hati sang ayah untuk turut menyaksikan bagaimana kehebatan pertunjukan yang begitu dipuji-puji penduduk dusun hingga banyak pemuda yang tergila-gila dibuatnya.
Malam itu adalah malam ketujuh dari acara keramaian yang dilangsungkan. Perlahan-lahan sang ayah berjalan mendekati tempat pertunjukan dimana gadis itu akan bermain. Sengaja ia berdiri di depan agar dapat dengan jelas menyaksikan permainan serta wajah sang gadis. Akhirnya pertunjukan pun dimulai. Berbeda dengan penonton lainnya, sang ayah tidak banyak tertawa geli atau memuji-muji penampilan sang gadis. Walau demikian sekali-sekali ada juga sang ayah tersenyum kecil. Sang gadis melemparkan senyum manisnya kepada para penonton yang memujinya maupun yang menggodanya. Suatu saat, akhirnya bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang ayah tadi. Kejadian ini berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang ayah dari dua orang anak tersebut.
Demikianlah keadaannya, atas persetujuan kedua belah pihak dan restu dari para sesepuh maka dilangsungkanlah pernikahan antara mereka setelah pesta adat di dusun tersebut usai. Dan berakhir pula lah kemuraman keluarga tersebut, kini mulailah mereka menyusun hidup baru. Mereka mulai mengerjakan kegiatan-kegiatan yang dahulunya tidak mereka usahakan lagi. Sang ayah kembali rajin berladang dengan dibantu kedua anaknya, sementara sang ibu tiri tinggal di rumah menyiapkan makanan bagi mereka sekeluarga. Begitulah seterusnya sampai berbulan-bulan lamanya hingga kehidupan mereka cerah kembali.
Dalam keadaan yang demikian, tidak lah diduga sama sekali ternyata sang ibu baru tersebut lama kelamaan memiliki sifat yang kurang baik terhadap kedua anak tirinya. Kedua anak itu baru diberi makan setelah ada sisa makanan dari ayahnya. Sang ayah hanya dapat memaklumi perbuatan istrinya itu, tak dapat berbuat apa-apa karena dia sangat mencintainya. Akhirnya, seluruh rumah tangga diatur dan berada ditangan sang istri muda yang serakah tersebut. Kedua orang anak tirinya disuruh bekerja keras setiap hari tanpa mengenal lelah dan bahkan disuruh mengerjakan hal-hal yang diluar kemampuan mereka.
Pada suatu ketika, sang ibu tiri telah membuat suatu rencana jahat. Ia menyuruh kedua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan.
“Kalian berdua hari ini harus mencari kayu bakar lagi!” perintah sang ibu, “Jumlahnya harus tiga kali lebih banyak dari yang kalian peroleh kemarin. Dan ingat! Jangan pulang sebelum kayunya banyak dikumpulkan. Mengerti?!”
“Tapi, Bu…” jawab anak lelakinya, “Untuk apa kayu sebanyak itu…? Kayu yang ada saja masih cukup banyak. Nanti kalau sudah hampir habis, barulah kami mencarinya lagi…”
“Apa?! Kalian sudah berani membantah ya?! Nanti kulaporkan ke ayahmu bahwa kalian pemalas! Ayo, berangkat sekarang juga!!” kata si ibu tiri dengan marahnya.
Anak tirinya yang perempuan kemudian menarik tangan kakaknya untuk segera pergi. Ia tahu bahwa ayahnya telah dipengaruhi sang ibu tiri, jadi sia-sia saja untuk membantah karena tetap akan dipersalahkan jua. Setelah membawa beberapa perlengkapan, berangkatlah mereka menuju hutan. Hingga senja menjelang, kayu yang dikumpulkan belum mencukupi seperti yang diminta ibu tiri mereka. Terpaksa lah mereka harus bermalam di hutan dalam sebuah bekas pondok seseorang agar dapat meneruskan pekerjaan mereka esok harinya. Hampir tengah malam barulah mereka dapat terlelap walau rasa lapar masih membelit perut mereka.
Esok paginya, mereka pun mulai mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya. Menjelang tengah hari, rasa lapar pun tak tertahankan lagi, akhirnya mereka tergeletak di tanah selama beberapa saat. Dan tanpa mereka ketahui, seorang kakek tua datang menghampiri mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini, anak-anak?!” tanya kakek itu kepada mereka.
Kedua anak yang malang tersebut lalu menceritakan semuanya, termasuk tingkah ibu tiri mereka dan keadaan mereka yang belum makan nasi sejak kemarin hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan.
“Kalau begitu…, pergilah kalian ke arah sana.” kata si kakek sambil menunjuk ke arah rimbunan belukar, “Disitu banyak terdapat pohon buah-buahan. Makanlah sepuas-puasnya sampai kenyang. Tapi ingat, janganlah dicari lagi esok harinya karena akan sia-sia saja. Pergilah sekarang juga!”
Sambil mengucapkan terima kasih, kedua kakak beradik tersebut bergegas menuju ke tempat yang dimaksud. Ternyata benar apa yang diucapkan kakek tadi, disana banyak terdapat beraneka macam pohon buah-buahan. Buah durian, nangka, cempedak, wanyi, mangga dan pepaya yang telah masak tampak berserakan di tanah. Buah-buahan lain seperti pisang, rambutan dan kelapa gading nampak bergantungan di pohonnya. Mereka kemudian memakan buah-buahan tersebut hingga kenyang dan badan terasa segar kembali. Setelah beristirahat beberapa saat, mereka dapat kembali melanjutkan pekerjaan mengumpulkan kayu hingga sesuai dengan yang diminta sang ibu tiri.
Menjelang sore, sedikit demi sedikit kayu yang jumlahnya banyak itu berhasil diangsur semuanya ke rumah. Mereka kemudian menyusun kayu-kayu tersebut tanpa memperhatikan keadaan rumah. Setelah tuntas, barulah mereka naik ke rumah untuk melapor kepada sang ibu tiri, namun alangkah terkejutnya mereka ketika melihat isi rumah yang telah kosong melompong.
Ternyata ayah dan ibu tiri mereka telah pergi meninggalkan rumah itu. Seluruh harta benda didalam rumah tersebut telah habis dibawa serta, ini berarti mereka pergi dan tak akan kembali lagi ke rumah itu. Kedua kakak beradik yang malang itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan keduanya, berdatanganlah tetangga sekitarnya untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi. Mereka terkejut setelah mengetahui bahwa kedua ayah dan ibu tiri anak-anak tersebut telah pindah secara diam-diam.
Esok harinya, kedua anak tersebut bersikeras untuk mencari orangtuanya. Mereka memberitahukan rencana tersebut kepada tetangga terdekat. Beberapa tetangga yang iba kemudian menukar kayu bakar dengan bekal bahan makanan bagi perjalanan kedua anak itu. Menjelang tengah hari, berangkatlah keduanya mencari ayah dan ibu tiri mereka.
Telah dua hari mereka berjalan namun orangtua mereka belum juga dijumpai, sementara perbekalan makanan sudah habis. Pada hari yang ketiga, sampailah mereka di suatu daerah yang berbukit dan tampaklah oleh mereka asap api mengepul di kejauhan. Mereka segera menuju ke arah tempat itu sekedar bertanya kepada penghuninya barangkali mengetahui atau melihat kedua orangtua mereka.
Mereka akhirnya menjumpai sebuah pondok yang sudah reot. Tampak seorang kakek tua sedang duduk-duduk didepan pondok tersebut. Kedua kakak beradik itu lalu memberi hormat kepada sang kakek tua dan memberi salam.
“Dari mana kalian ini? Apa maksud kalian hingga datang ke tempat saya yang jauh terpencil ini?” tanya sang kakek sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Maaf, Tok.” kata si anak lelaki, “Kami ini sedang mencari kedua urangtuha kami. Apakah Datok pernah melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masih muda lewat disini?”
Sang kakek terdiam sebentar sambil mengernyitkan keningnya, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm…, beberapa hari yang lalu memang ada sepasang suami-istri yang datang kesini.” kata si kakek kemudian, “Mereka banyak sekali membawa barang. Apakah mereka itu yang kalian cari?”
“Tak salah lagi, Tok.” kata anak lelaki itu dengan gembira, “Mereka pasti urangtuha kami! Ke arah mana mereka pergi, Tok?”
“Waktu itu mereka meminjam perahuku untuk menyeberangi sungai. Mereka bilang, mereka ingin menetap diseberang sana dan hendak membuat sebuah pondok dan perkebunan baru. Cobalah kalian cari di seberang sana.”
“Terima kasih, Tok…” kata si anak sulung tersebut, “Tapi…, bisakah Datok mengantarkan kami ke seberang sungai?”
“Datok ni dah tuha… mana kuat lagi untuk mendayung perahu!” kata si kakek sambil terkekeh, “Kalau kalian ingin menyusul mereka, pakai sajalah perahuku yang ada ditepi sungai itu.”
Kakak beradik itu pun memberanikan diri untuk membawa perahu si kakek. Mereka berjanji akan mengembalikan perahu tersebut jika telah berhasil menemukan kedua orangtua mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka lalu menaiki perahu dan mendayungnya menuju ke seberang. Keduanya lupa akan rasa lapar yang membelit perut mereka karena rasa gembira setelah mengetahui keberadaan orangtua mereka. Akhirnya mereka sampai di seberang dan menambatkan perahu tersebut dalam sebuah anak sungai. Setelah dua hari lamanya berjalan dengan perut kosong, barulah mereka menemui ujung sebuah dusun yang jarang sekali penduduknya.
Tampaklah oleh mereka sebuah pondok yang kelihatannya baru dibangun. Perlahan-lahan mereka mendekati pondok itu. Dengan perasaan cemas dan ragu si kakak menaiki tangga dan memanggil-manggil penghuninya, sementara si adik berjalan mengitari pondok hingga ia menemukan jemuran pakaian yang ada di belakang pondok. Ia pun teringat pada baju ayahnya yang pernah dijahitnya karena sobek terkait duri, setelah didekatinya maka yakinlah ia bahwa itu memang baju ayahnya. Segera ia berlari menghampiri kakaknya sambil menunjukkan baju sang ayah yang ditemukannya di belakang. Tanpa pikir panjang lagi mereka pun memasuki pondok dan ternyata pondok tersebut memang berisi barang-barang milik ayah mereka.
Rupanya orangtua mereka terburu-buru pergi, sehingga di dapur masih ada periuk yang diletakkan diatas api yang masih menyala. Didalam periuk tersebut ada nasi yang telah menjadi bubur. Karena lapar, si kakak akhirnya melahap nasi bubur yang masih panas tersebut sepuas-puasnya. Adiknya yang baru menyusul ke dapur menjadi terkejut melihat apa yang sedang dikerjakan kakaknya, segera ia menyambar periuk yang isinya tinggal sedikit itu. Karena takut tidak kebagian, ia langsung melahap nasi bubur tersebut sekaligus dengan periuknya.
Karena bubur yang dimakan tersebut masih panas maka suhu badan mereka pun menjadi naik tak terhingga. Dalam keadaan tak karuan demikian, keduanya berlari kesana kemari hendak mencari sungai. Setiap pohon pisang yang mereka temui di kiri-kanan jalan menuju sungai, secara bergantian mereka peluk sehingga pohon pisang tersebut menjadi layu. Begitu mereka tiba di tepi sungai, segeralah mereka terjun ke dalamnya. Hampir bersamaan dengan itu, penghuni pondok yang memang benar adalah orangtua kedua anak yang malang itu terheran-heran ketika melihat banyak pohon pisang di sekitar pondok mereka menjadi layu dan hangus.
Namun mereka sangat terkejut ketika masuk kedalam pondok dan mejumpai sebuah bungkusan dan dua buah mandau kepunyaan kedua anaknya. Sang istri terus memeriksa isi pondok hingga ke dapur, dan dia tak menemukan lagi periuk yang tadi ditinggalkannya. Ia kemudian melaporkan hal itu kepada suaminya. Mereka kemudian bergegas turun dari pondok dan mengikuti jalan menuju sungai yang di kiri-kanannya banyak terdapat pohon pisang yang telah layu dan hangus.
Sesampainya di tepi sungai, terlihatlah oleh mereka dua makhluk yang bergerak kesana kemari didalam air sambil menyemburkan air dari kepalanya. Pikiran sang suami teringat pada rentetan kejadian yang mungkin sekali ada hubungannya dengan keluarga. Ia terperanjat karena tiba-tiba istrinya sudah tidak ada disampingnya. Rupanya ia menghilang secara gaib. Kini sadarlah sang suami bahwa istrinya bukanlah keturunan manusia biasa. Semenjak perkawinan mereka, sang istri memang tidak pernah mau menceritakan asal usulnya.
Tak lama berselang, penduduk desa datang berbondong-bondong ke tepi sungai untuk menyaksikan keanehan yang baru saja terjadi. Dua ekor ikan yang kepalanya mirip dengan kepala manusia sedang bergerak kesana kemari ditengah sungai sambil sekali-sekali muncul di permukaan dan menyemburkan air dari kepalanya. Masyarakat yang berada di tempat itu memperkirakan bahwa air semburan kedua makhluk tersebut panas sehingga dapat menyebabkan ikan-ikan kecil mati jika terkena semburannya.
Oleh masyarakat Kutai, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut atau Pesut. Sementara masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi.
»»  Baca Selengkapnya...

Total Tayangan Halaman

About

Entri Populer